www.narasiutama.id – Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan signifikan pada perdagangan terbaru. Hal ini dipicu oleh berbagai faktor, termasuk peningkatan produksi dari OPEC+ dan ketegangan baru di sektor perdagangan internasional.
Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, harga minyak menunjukkan tren melemah akibat pengaruh dari penawaran dan permintaan global. Data terbaru menunjukkan bahwa harga minyak Brent dan WTI mengalami penurunan yang cukup berarti.
Per pukul 10.45 WITA, minyak Brent tercatat di level US$68,97 per barel setelah sebelumnya berada di angka US$68,64. Sementara itu, minyak WTI juga menunjukkan penurunan, kini tercatat pada harga US$66,97 per barel, setelah ditutup pada harga US$66,57 sehari sebelumnya.
Secara mingguan, harga minyak Brent mengalami penurunan sebesar 1,4%, sedangkan WTI lebih dari 2%. Penurunan ini menciptakan berbagai spekulasi di kalangan pelaku pasar mengenai arah dan potensi harga minyak ke depannya.
Penyebab utama dari tekanan harga ini adalah keputusan OPEC+ yang telah menetapkan untuk meningkatkan produksi minyak sebesar 548.000 barel per hari mulai bulan Agustus. Ini menunjukkan bahwa OPEC+ melanjutkan laju peningkatan produksi yang telah mereka lakukan sejak bulan Mei lalu.
Stok Minyak AS Meningkat dan Menimbulkan Kekhawatiran
Laporan terbaru dari EIA menunjukkan peningkatan stok minyak mentah di Amerika Serikat yang cukup signifikan. Pada pekan pertama Juli, stok minyak mentah meningkat sebesar 7,07 juta barel, jauh melebihi ekspektasi pasar yang diprediksi menurun sebesar 2 juta barel.
Kenaikan stok ini menimbulkan kekhawatiran di pasar tentang potensi kelebihan pasokan yang bisa memperburuk kondisi pasar global. Hal ini membuat banyak investor lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan bisnis di sektor energi.
Tegangan Perdagangan AS yang Mengancam Stabilitas Pasar
Ketidakpastian di sektor perdagangan internasional juga berkontribusi terhadap melemahnya harga minyak. Presiden AS mengumumkan penetapan tarif baru sebesar 50% terhadap produk yang diimpor dari Brasil, di samping rencana untuk mengimplementasikan tarif tambahan pada beberapa komoditas seperti tembaga dan semikonduktor.
Peningkatan ketegangan ini membuat investor di seluruh dunia jadi lebih defensif, terutama terhadap aset-aset yang dianggap berisiko, termasuk energi. Sentimen negatif ini pun semakin memperburuk situasi pasar global.
Geopolitik di Timur Tengah Mempengaruhi Harga
Walaupun terjadi penurunan harga, momentum negatif ini tidak terjadi secara drastis. Ketegangan yang meningkat di Timur Tengah, khususnya serangan dari kelompok Houthi terhadap kapal dagang di Laut Merah, meningkatkan potensi gangguan pasokan dari kawasan strategis ini.
Insiden tersebut tidak hanya menimbulkan kerugian jiwa, tetapi juga meningkatkan risiko terhadap stabilitas pasokan minyak global. Hal ini membuat pelaku pasar tetap waspada akan potensi dampak jangka panjangnya.
OPEC+ Mempertimbangkan Kebijakan Produksi
Pelaku pasar saat ini menunggu keputusan lanjutan dari OPEC+ mengenai kebijakan produksi mereka. Beberapa sumber dari dalam organisasi menyatakan bahwa mereka sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk menunda peningkatan produksi lanjutan yang dijadwalkan pada bulan September.
Jika keputusan ini diambil, pasar akan melihatnya sebagai langkah positif untuk mencegah penurunan harga lebih lanjut. Analisa dan keputusan OPEC+ akan sangat menentukan arah harga minyak selanjutnya.
Para analis dan investor kini mencermati setiap perkembangan yang terjadi, mengingat bahwa kondisi di sektor energi sangat dipengaruhi oleh keputusan politik dan ekonomi yang berlangsung di tingkat global.