www.narasiutama.id – Pemerintah Kota Makassar telah menetapkan kebijakan baru yang mewajibkan seluruh Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) untuk mengelola sampah secara mandiri. Langkah ini menjadi bagian dari upaya komprehensif Pemkot dalam membangun budaya kebersihan berkelanjutan dan mendorong kemandirian dalam pengelolaan lingkungan di tingkat akar rumput.
Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, mengingatkan bahwa kebersihan bukan sekadar kegiatan simbolis yang hanya dilaksanakan pada acara tertentu. Ia menekankan bahwa menjaga kebersihan harus menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat setiap hari, bukan hanya saat ada pejabat datang melakukan inspeksi.
“Pembersihan lingkungan harus menjadi budaya kita sehari-hari. Ini bukan hanya tentang acara Jumat Bersih yang dibarengi kunjungan pejabat,” jelas Appi, saat melakukan peninjauan pembersihan saluran di Kecamatan Wajo dan Bontoala. Menurutnya, seluruh masyarakat harus proaktif dalam menjaga kebersihan di sekitar tempat tinggal mereka.
Lokasi yang menjadi titik perhatian, seperti Jalan Satangnga di Kelurahan Ende, sering terhambat pergerakan air saat musim hujan. Oleh karena itu, ia mengapresiasi upaya kolaboratif antara dua kecamatan dan warga setempat dalam membersihkan saluran tersebut.
Appi percaya bahwa upaya menjaga kebersihan kota mesti dilakukan secara integratif. Terdapat kebutuhan mendesak untuk sinergi lintas sektor yang melibatkan pemerintah, masyarakat, serta aparat keamanan, agar semua elemen berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman.
“Kerja sama ini sangat penting. Tanpa kolaborasi, hasil yang dicapai tidak akan maksimal. Jika kita melakukan ini bersama-sama, dampaknya akan jauh lebih positif,” tambahnya. Penekanan pada kolaborasi ini menunjukkan komitmen Pemkot untuk menjadikan kebersihan sebagai agenda bersama bagi seluruh masyarakat.
Strategi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan di Makassar
Saat ini, Pemkot Makassar mengadopsi pendekatan berkelanjutan dalam program manajemen sampah dari rumah tangga. Setiap RT dan RW diwajibkan untuk memilah, mengolah, dan memanfaatkan sampah dari sumbernya secara mandiri.
“Kebersihan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah; semua warga harus terlibat. Sampah bisa menjadi sumber pendapatan jika dikelola dengan baik,” terang Appi. Ia menekankan pentingnya pola pikir bahwa sampah bukanlah masalah, melainkan peluang ekonomi yang perlu dimanfaatkan.
Pemkot juga berencana untuk meluncurkan berbagai program pelatihan dan skema mendukung pengelolaan sampah skala mikro. Ini mencakup penggunaan komposter, pembuatan lubang biopori, serta pemanfaatan eco-enzym, termasuk maggot yang dapat digunakan sebagai pakan ternak yang bernilai ekonomi.
Lebih menarik lagi, ada insentif khusus bagi rumah tangga yang berhasil mencapai status ‘zero waste’ atau tidak menghasilkan sampah residu. Strategi insentif ini diharapkan bisa memotivasi masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Appi menyebut bahwa sejumlah rumah di Makassar sudah berhasil menerapkan pola hidup berkelanjutan dan menjadi contoh bagi wilayah lain dalam pengelolaan sampah. “Kami ingin memberikan reward yang signifikan bagi mereka yang berhasil,” katanya. Upaya ini menunjukkan bahwa kebersihan dapat menjadi salah satu sumber penghasilan bagi masyarakat.
Hubungan Kebersihan dan Pertanian di Lingkungan Perkotaan
Program pengelolaan sampah ini juga berkaitan erat dengan pengembangan urban farming atau pertanian lahan sempit. Dengan memanfaatkan sampah organik secara efektif, masyarakat dapat memproduksi pupuk bagi pertanian di daerah perkotaan.
“Kami ingin masyarakat menganggap sampah sebagai bagian dari siklus produksi. Dari sampah, kita kembali dapat memproduksi makanan yang bermanfaat untuk ekonomi keluarga,” jelasnya. Appi berharap agar setiap elemen masyarakat menyadari nilai dari setiap limbah yang dihasilkan.
Appi juga memberikan apresiasi kepada masyarakat, Satgas PU, dan aparat keamanan yang telah aktif terlibat dalam kegiatan kebersihan. Menurutnya, kegiatan ini bukan sekadar agenda mingguan, tetapi merupakan gerakan berkelanjutan yang mengusung kolaborasi antar elemen masyarakat.
“Kalau lingkungan kita bersih, manfaatnya akan dirasakan oleh seluruh masyarakat. Tugas pemerintah hanyalah sebagai fasilitator, sementara pelaku utamanya adalah masyarakat itu sendiri,” ungkapnya. Pernyataan ini menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam menjaga lingkungan mereka.
Dalam setiap langkah yang diambil, Pemkot Makassar berupaya untuk mendorong perubahan paradigma. Kebersihan seharusnya dipandang bukan sebagai beban, melainkan sebagai potensi keuntungan yang dapat diraih, dimulai dari lingkungan rumah dan komunitas.
Peran Komunitas dalam Mewujudkan Kota Bersih dan Sehat
Kehadiran komunitas yang aktif sangat penting dalam mendorong perubahan positif di lingkungan mereka. Pemkot berencana untuk melibatkan komunitas dalam setiap program dan inisiatif yang ada, agar mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Melalui pelatihan, sosialisasi, dan kampanye, diharapkan masyarakat lebih memahami tugas mereka dalam menjaga kebersihan. “Kami perlu menciptakan kesadaran kolektif bahwa lingkungan yang bersih dan sehat adalah tanggung jawab bersama,” ujar Appi.
Keterlibatan komunitas tidak hanya akan memperkuat program kebersihan yang ada, tetapi juga akan mendorong terciptanya ikatan sosial di tingkat masyarakat. Dengan menciptakan lingkungan yang bersih, masyarakat akan merasa lebih nyaman dan aman dalam beraktivitas.
“Kita harus saling mendukung dan bahu-membahu mengubah pola pikir tentang kebersihan. Ini bukan hanya untuk diri sendiri, tapi untuk generasi mendatang,” tambahnya.
Secara keseluruhan, langkah-langkah yang diambil oleh Pemkot Makassar menggambarkan keseriusan dalam mengelola lingkungan kota. Dari pengelolaan sampah hingga kolaborasi masyarakat, semua elemen saling berhubungan untuk menciptakan kota yang bersih dan ramah lingkungan. Upaya bersama ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi kota-kota lain dalam pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.