www.narasiutama.id – Kementerian Agama Republik Indonesia tengah mempersiapkan pelaksanaan acara Kick Off Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Internasional yang pertama. Acara ini dijadwalkan berlangsung pada hari Selasa, 8 Juli, menandai rangkaian MQK Internasional ke-1 yang akan dilaksanakan di Pesantren As’adiyah Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, pada 1–7 Oktober 2025.
Seremoni Kick Off ini diharapkan dapat menarik perhatian banyak pihak, termasuk para pemangku kebijakan dan duta besar dari negara-negara yang berpartisipasi. Diharapkan, kegiatan ini tidak hanya menjadi perayaan, tetapi juga jembatan untuk mengenalkan pesantren Indonesia ke kancah internasional.
Pada momen tersebut, Menteri Agama Nasaruddin Umar, bersama dengan Menteri Luar Negeri dan beberapa ketua komisi dari DPR RI, dijadwalkan hadir. Ini merupakan kesempatan penting untuk meningkatkan kerjasama antarnegara dalam bidang pendidikan dan budaya, sekaligus merayakan pencapaian dunia pesantren di level global.
Persiapan Menjelang Acara MQK Internasional Pertama
Sebagai bagian dari upaya persiapan, logo dan maskot MQK Internasional ke-1 akan diluncurkan secara resmi. Launching ini akan menjadi momentum penting untuk memperkenalkan berbagai acara sampingan yang akan diselenggarakan menjelang pelaksanaan MQK.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Suyitno, menegaskan bahwa edisi MQK tahun ini menunjukkan perkembangan yang signifikan. MQK kini tidak sekadar menjadi acara nasional, tetapi bertransformasi menjadi ajang internasional yang membuka peluang bagi pesantren untuk lebih dikenal di dunia.
“Acara MQK kali ini benar-benar istimewa karena berlangsung di kawasan timur Indonesia dan mengusung format berbasis digital. Kami ingin agar pesantren tidak kehilangan esensi lokalnya, sambil menjadi aktor penting di level global,” katanya pada siaran resmi.
Peluang Digitalisasi dalam Pelaksanaan MQK
Integrasi digital dalam seluruh rangkaian kegiatan juga menjadi fokus dalam persiapan MQK. Dari proses seleksi hingga pelaporan, semua akan dilakukan secara digital demi efisiensi dan jangkauan yang lebih luas.
Pandangan tersebut diambil agar seluruh nilai khas pesantren Indonesia dapat dikenalkan secara global. Ini adalah langkah strategis untuk menjaga akar tradisi sambil memperluas pengaruh keilmuan pesantren di tingkat internasional.
Partisipasi internasional dalam MQK 2025 akan melibatkan beberapa negara dari Asia Tenggara, termasuk Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan Brunei. Kehadiran negara-negara ini diharapkan mampu memperkuat peran pesantren sebagai pilar dalam diplomasi budaya dan pusat keilmuan Islam di kawasan.
Memperluas Jangkauan Melalui Platform Digital
Menuju pelaksanaan MQK, Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, Arskal Salim, menekankan bahwa pendekatan digital memungkinkan keterlibatan yang lebih luas dari ekosistem pesantren di seluruh Indonesia. “Kami percaya bahwa dengan cara ini, MQK dapat menjangkau lebih dari 8.000 pesantren yang berpartisipasi dalam seleksi,” ujarnya.
Strategi pemanfaatan platform digital tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga selaras dengan semangat modernisasi pendidikan pesantren. Dalam prosesnya, mereka tetap mempertahankan tradisi keilmuan klasik yang merupakan bagian integral dari identitas pesantren.
Basnang Said, selaku Direktur Pesantren, menjelaskan bahwa konsep Kick Off akan dilengkapi dengan pemutaran dokumenter mengenai kontribusi santri bagi bangsa. Ini menunjukkan bahwa santri tidak hanya beraksi dalam konteks akademis, tetapi juga aktif di berbagai bidang kehidupan sosial dan budaya.
Menjadi Platform untuk Keilmuan Pesantren dan Kontribusinya
Kick Off ini bukan hanya sekadar seremoni, melainkan juga dikemas sebagai platform penting untuk menampilkan keilmuan pesantren. Menurut Basnang, acara ini akan menjadi kesempatan untuk menunjukkan kontribusi nyata pesantren dalam pembangunan bangsa.
Dalam kesempatan yang sama, 10 Duta Besar Republic Indonesia untuk negara-negara Asia Tenggara peserta MQK juga akan diundang secara resmi. Ini menunjukkan keseriusan dalam menjalin hubungan internasional yang lebih erat melalui pendidikan dan pertukaran budaya.
Partisipasi dari Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota, asosiasi pesantren, serta para pengasuh pondok pesantren dari seluruh Indonesia juga akan turut diperhatikan. Kehadiran mereka menjadi simbol kolaborasi yang positif dalam menyongsong masa depan yang lebih baik bagi pesantren di Indonesia.
