www.narasiutama.id – Pemerintah Kota Makassar telah berupaya keras dalam mencapai penilaian Adipura, sebuah penghargaan yang menandakan keberhasilan dalam pengelolaan lingkungan. Pembinaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menjadi bagian integral dari proses ini, dan langkah-langkah konkrit pun mulai dilaksanakan.
Dalam sebuah rapat koordinasi yang digelar di Balai Kota, Dr. Azri Rasul, Kepala Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup Sulawesi-Maluku, menjelaskan pentingnya pengelolaan sampah secara mandiri. Target yang ditetapkan adalah agar minimal 51,2% sampah dikelola di titik sumber, tidak hanya mengandalkan tempat pembuangan akhir (TPA).
“Sampah harus dikelola di rumah, sekolah, atau tempat-tempat lainnya. Kami ingin mengubah persepsi bahwa pengelolaan sampah adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah,” tegas Azri dalam kesempatan tersebut.
Menurutnya, penilaian Adipura kini tak hanya berfokus pada kebersihan visual kota. Penilaian yang lebih holistik ini juga meliputi pengelolaan lingkungan yang sistematis di tiga titik utama: hulu (sumber), tengah (pengumpulan), dan hilir (pemrosesan akhir).
“Jika hotel, rumah sakit, dan sekolah dapat mengelola sendiri sampahnya, maka beban kepada pemerintah daerah akan berkurang. Hal ini tidak hanya efisien tetapi juga menjadi indikator penting dalam penilaian Adipura,” tambah Azri.
Pusdal LH SUMA juga telah membentuk tim lapangan untuk melakukan identifikasi dan pendataan yang lebih rinci. Tim ini berkolaborasi dengan seluruh kecamatan di Kota Makassar guna mengumpulkan data tentang pengelolaan sampah oleh berbagai entitas.
Data tersebut sangat penting sebagai dasar untuk menghitung rasio pengelolaan sampah mandiri di wilayah tersebut. Hasil inventarisasi ini akan menjadi salah satu indikator dalam sistem e-Evaluasi Adipura yang dikelola KLHK.
Transformasi Pengelolaan Sampah di Makassar Melalui Inovasi dan Edukasi
Inovasi dalam pengelolaan sampah menjadi fokus utama dalam usaha ini. Beberapa metode seperti bank sampah, kompos rumah tangga, dan eco enzyme saat ini mulai diterapkan di berbagai komunitas. Upaya ini diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam pengelolaan sampah.
Bank sampah menjadi salah satu alternatif yang efektif bagi komunitas, karena mampu mengubah sampah menjadi nilai ekonomis. Di beberapa area, program ini sudah menunjukkan hasil yang positif, dimana warga mampu menghasilkan pendapatan tambahan dari pengelolaan sampah yang lebih baik.
Selain itu, edukasi menjadi bagian penting dalam strategi ini. Masyarakat perlu diajak untuk memahami pentingnya pengelolaan sampah, termasuk cara-cara yang efektif dalam memilah dan mendaur ulang limbah. Dengan demikian, mereka diharapkan dapat lebih aktif berkontribusi dalam pengelolaan sampah di lingkungan masing-masing.
Pelatihan dan workshop mengenai pengelolaan sampah yang ramah lingkungan juga terus digelar. Kegiatan semacam ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan serta kesadaran masyarakat tentang isu lingkungan yang semakin mendesak.
Peran Serta Semua Elemen Masyarakat dalam Program Pengelolaan Lingkungan
Keberhasilan dalam mencapai target pengelolaan sampah ini sangat bergantung pada partisipasi seluruh elemen masyarakat. Azri menekankan bahwa masalah pengelolaan sampah tidak bisa sepenuhnya diandalkan pada pemerintah atau dinas terkait. “Kami butuh dukungan dari semua pihak,” ungkapnya.
RT/RW, pelaku usaha, lembaga pendidikan, hingga masyarakat umum diharapkan untuk mengambil peran aktif. Dengan kolaborasi yang baik di antara berbagai sektor, pencapaian target bukanlah hal yang mustahil.
Azri juga menyatakan bahwa semua data yang dikumpulkan harus akurat dan representatif. “Kami perlu data yang valid dan strategis untuk melaporkan pengelolaan sampah secara riil di lapangan,” ujarnya.
Pengelolaan limbah cair dan padat di sektor industri juga menjadi perhatian penting. Beberapa kawasan industri kini diarahkan untuk tidak lagi bergantung pada TPA, melainkan untuk menyelesaikan limbahnya secara internal.
Harapan dan Tantangan ke Depan dalam Pengelolaan Lingkungan di Makassar
Dengan segala upaya yang dilakukan, ada harapan besar bagi Kota Makassar untuk mencapai Anugerah Adipura di masa mendatang. Azri optimis, jika semua elemen terlibat, target 51,2% pengelolaan mandiri bisa tercapai.
Tantangan yang dihadapi, tentu tidak sedikit. Mulai dari kurangnya kesadaran masyarakat hingga infrastruktur yang memadai. Namun, dengan pembinaan dan koordinasi yang baik, hal itu bisa diatasi.
Penguatan kelembagaan lingkungan di tingkat kelurahan dan kecamatan juga menjadi prioritas. Hal ini akan membantu terbentuknya sistem pengelolaan lingkungan yang lebih efektif dan efisien.
Dengan semangat gotong royong dan kolaborasi, harapan untuk menjadikan Kota Makassar sebagai kota yang bersih dan ramah lingkungan bukanlah sekadar mimpi. Tim Pusdal LH SUMA berkomitmen untuk membawa perubahan positif bagi lingkungan dan masyarakat setempat.