www.narasiutama.id – Pendidikan adalah hak setiap individu, dan tidak peduli betapa besar tantangan yang dihadapi, tekad dan usaha yang kuat dapat mengubah segalanya. Agum Trianto Gunawan, seorang mahasiswa Program Studi Magister Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, membuktikan hal tersebut dengan prestasinya yang luar biasa di tengah keterbatasannya.
Dengan masa studi hanya 1 tahun 9 bulan dan meraih IPK 3.98 dengan predikat Cum Laude, Agum menunjukkan bahwa semangat tak kenal lelah akan membuahkan hasil. Pada Wisuda Periode Juli 2025, ia menjadi bagian dari 2.641 alumni yang mengikuti prosesi wisuda di Baruga A.P Pettarani, Unhas Makassar.
Agum menegaskan bahwa keterbatasan fisik tidak boleh dijadikan penghalang dalam mencapai cita-cita. Sebaliknya, keterbatasan yang dialaminya justru menjadi motivasi untuk terus bergerak maju, meski banyak rintangan yang harus dihadapi.
Melalui ketekunannya, ia berhasil mendapatkan bantuan dana pendidikan dari LPDP pada tahun 2023. Hal ini menjadi salah satu langkah penting dalam perjalanan akademisnya yang penuh inspirasi.
“Banyak tokoh yang membuktikan bahwa kita bisa mencapai impian, jadi jangan putus asa,” ujarnya. Ia juga mendorong teman-teman difabel untuk tetap optimis dan mencari informasi mengenai beasiswa yang ada.
Agum merasakan pentingnya dukungan dari lingkungan kampus yang inklusif. “Rasanya sangat menyenangkan bisa bertemu dengan teman-teman difabel lainnya di Unhas,” ungkapnya dengan penuh semangat.
Ia percaya bahwa keberanian untuk memulai adalah kunci dari setiap keberhasilan. Dengan dukungan yang tepat, ia yakin bahwa teman-teman difabel juga bisa memiliki masa depan yang cerah.
“Jangan merasa sendiri, kita saling merangkul dan mendukung,” tegasnya. Ia menyebutkan adanya jalur afirmasi khusus disabilitas di Universitas Hasanuddin, yang memberikan peluang lebih bagi penyandang disabilitas dalam menyelesaikan pendidikan.
Agum merupakan penyandang disabilitas daksa yang terpaksa menghadapi kenyataan pahit setelah mengalami kecelakaan pada Desember 2008. Meskipun demikian, ia berhasil menyelesaikan pendidikan dengan sangat baik, mempertahankan tesis berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi dan Knowledge Sharing Terhadap Kinerja Relawan Melalui Motivasi Relawan Pusat Disabilitas Universitas Hasanuddin”.
Perjuangan Menuju Pendidikan Tinggi yang Berkelanjutan
Perjalanan Agum tidaklah mudah dan penuh liku. Namun, semangatnya untuk meraih pendidikan tinggi tidak pernah padam. Sebagai seorang difabel, ia menghadapi berbagai tantangan yang berkaitan dengan mobilitas dan aksesibilitas.
Akses fasilitas pendidikan yang ramah disabilitas menjadi prioritas untuk mendukung keberhasilan. Agum sangat bersyukur bahwa Universitas Hasanuddin menyediakan layanan disabilitas yang membantu mahasiswa seperti dirinya untuk beradaptasi dengan lingkungan akademis.
Kesempatan untuk belajar dalam lingkungan yang inklusif memberikan dorongan tersendiri bagi Agum. Ia merasa semakin kuat ketika melihat banyak individu lainnya yang memiliki latar belakang serupa berjuang bersama untuk mencapai mimpi mereka.
Dengan penuh keyakinan, Agum juga mengingat pentingnya dukungan keluarga dan teman-teman dalam perjalanan pendidikannya. Keterlibatan mereka dalam setiap langkah yang diambil menjadi sumber kekuatan yang tak ternilai.
Agum berkomitmen untuk menyebarkan pesan yang positif bagi teman-teman difabel lainnya. Ia berharap banyak individu yang mengalami kesulitan dapat menemukan inspirasi dari perjalanan akademisnya.
Pentingnya Komunitas Inklusif untuk Penyandang Disabilitas
Di lingkungan kampus yang inklusif, Agum menemukan dukungan yang sangat dibutuhkan. Komunitas yang ramah disabilitas membantu para mahasiswa untuk bertukar pengalaman dan belajar dari satu sama lain.
Keberadaan komunitas ini menciptakan atmosfer yang nyaman bagi penyandang disabilitas untuk berekspresi. Hal ini sangat berkontribusi pada perkembangan diri mereka, baik dari segi akademis maupun sosial.
Agum menekankan bahwa kolaborasi dan kebersamaan merupakan elemen penting dalam membangun jaringan dukungan. Setiap individu dalam komunitas saling membantu agar dapat saling mencapai tujuan yang sama.
“Kita tidak hanya belajar dari dosen, tetapi juga dari rekan-rekan kita yang memiliki pengalaman serupa,” jelasnya. Pengalaman dan cerita dari setiap individu menjadi sumber kekuatan untuk saling memotivasi.
Lebih jauh lagi, keberadaan komunitas inklusif ini dapat memecahkan stigma negatif yang ada di masyarakat mengenai penyandang disabilitas. Dengan menunjukkan pencapaian yang luar biasa, mereka membuktikan bahwa kekurangan fisik bukanlah penghalang.
Harapan untuk Masa Depan yang Lebih Baik bagi Penyandang Difabel
Akhir kata, Agum berharap agar pendidikan untuk penyandang disabilitas semakin berkembang dan meningkat kualitasnya. Hal ini penting agar hak-hak pendidikan dapat terpenuhi dengan baik.
Ia tak henti-hentinya bersemangat untuk membagikan pengalamannya kepada orang lain yang berjuang. “Saya ingin semua orang tahu bahwa mereka memiliki potensi yang sama untuk berhasil,” ucapnya mantap.
Agum juga berharap agar pemerintah dan lembaga pendidikan lebih peduli terhadap kebutuhan mahasiswa difabel. Peningkatan fasilitas dan program khusus akan sangat membantu mahasiswa dalam menempuh pendidikan dengan lebih baik.
Perubahan yang positif dalam sektor pendidikan tentunya akan memberikan dampak luas bagi masyarakat. Ketika penyandang disabilitas diberikan kesempatan yang sama, maka mereka dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi negara.
Agum mengajak semua pihak untuk berkolaborasi demi mewujudkan lingkungan pendidikan yang lebih inklusif dan berkeadilan. Dengan harapan yang besar, ia melangkah ke depan dengan tekad yang kuat untuk membawa perubahan.